Berita Bencana Orang-orang yang di bayar untuk mengetahui risiko melihat kemungkinan besar terjadinya ‘bencana global’ dalam waktu 10 tahun. Orang-orang yang di bayar untuk mengetahui risiko melihat kemungkinan besar terjadinya ‘bencana global’ dalam waktu 10 tahun
Umat manusia menghadapi masa depan yang penuh bahaya, di tandai dengan ledakan disinformasi yang dipicu oleh kecerdasan buatan dan dampak buruk perubahan iklim.
Prospek suram ini muncul dari survei tahunan yang di lakukan oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) terhadap orang-orang yang di bayar untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko global.
Menurut laporan yang di terbitkan pada hari Rabu, hampir dua pertiga responden memperkirakan “peluang terjadinya bencana global” akan meningkat pada dekade mendatang. Sekitar 30% mengharapkan hal yang sama dalam dua tahun ke depan.
Meskipun laporan ini tidak mendefinisikan “bencana global”. Laporan ini menggambarkan “risiko global” sebagai peristiwa yang “akan berdampak negatif terhadap sebagian besar produk domestik bruto, populasi, atau sumber daya alam global.”
Dalam sebuah pernyataan, WEF mengatakan laporan terbarunya “memperingatkan lanskap risiko global di mana kemajuan dalam pembangunan manusia terkikis secara perlahan. Membuat negara dan individu rentan terhadap risiko baru yang muncul kembali.”
Berita Bencana Orang-orang yang di bayar untuk mengetahui risiko melihat kemungkinan besar terjadinya ‘bencana global’ dalam waktu 10 tahun
Hasil survei tersebut “menyoroti prospek dunia yang sebagian besar negatif dalam jangka pendek dan di perkirakan akan memburuk dalam jangka panjang.” Tambahnya.
Laporan tersebut, yang muncul menjelang pertemuan tahunan WEF yang megah di Davos, Swiss, minggu depan, di dasarkan pada tanggapan dari 1.490 pakar risiko terutama dari kalangan bisnis. Tetapi juga akademisi, pemerintah, dan masyarakat sipil. Survei tersebut di luncurkan pada 4 September dan di tutup pada 9 Oktober 2023, dua hari setelah serangan teroris Hamas terhadap Israel.
Ancaman misinformasi di tahun pemilu yang besar
Untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun sejarah survei ini. Para ahli mengidentifikasi misinformasi dan disinformasi sebagai risiko paling parah dalam dua tahun ke depan. Hal ini bertepatan dengan tahun pemilu global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan hampir 3 miliar orang di perkirakan akan datang ke tempat pemungutan suara pada tahun 2024.
American Psychological Association mendefinisikan misinformasi sebagai “informasi yang salah atau tidak akurat – memberikan fakta yang salah.” Di sinformasi, sebaliknya, “adalah informasi palsu yang sengaja di maksudkan untuk menyesatkan.”
AI telah mempermudah penyebaran informasi palsu untuk mempengaruhi pemilih, termasuk melalui penggunaan deepfake, menurut Carolina Klint. Salah satu penulis laporan dan kepala komersial Eropa di Marsh McLennan, sebuah perusahaan jasa profesional.
“Ada kekhawatiran kita akan melihat lebih banyak hal serupa (tahun ini),” katanya kepada CNN. “Hal ini berpotensi (menimbulkan) legitimasi pemerintah terpilih yang di pertanyakan. Yang kemudian dapat berdampak pada polarisasi masyarakat.”